JUDUL BUKU : Smart Things To Know About Motivation (hal-hal cerdas
yang perlu diketahui tentang motivasi)
Penerbit            : PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit    
: 2006
Tebal buku      
: 289 halaman
            Dalam buku yang berjudul Smart
things to know about motivation ini, Donna Deeprose mengupas dan membahas
secara panjang lebar mengenai topik motivasi. Penulis mengungkapkan jawaban
smart terhadap berbagai pertanyaan sulit seputar motivasi, dilihat dari sudut
pandang individu dan sudut pandang perusahaan atau organisasi.
            Buku ini terdiri dari empat bab
yaitu bab pertama membahas tentang mengapa motivasi itu penting dalam diri
seseorang dan menelusuri apa yang memotivasi karyawan sehingga mereka
mempersembahkan pikiran dan energi luar biasa pada pekerjaan, dan bukan hanya
bekerja cukup untuk mendapatkan gaji yang cukup. Buku ini juga membahas
motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu dan
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar .
            Selanjutnya dibahas mengenai teori
motivasional seperti yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dan Frederick
Herzberg. Maslow salah seorang teoritikus motivasional yang paling berpengaruh,
mendefinisikan suatu hirarki kebutuhan manusia dan mempertahankan pendapat
bahwa setiap orang diantara kita dimotivasi oleh kebutuhan terendah yang belum
terpuaskan. Maslow membagi lima kebutuhan manusia yang dikenal dengan hirarki
kebutuhan Maslow. Lima kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan: harga diri dan
dihormati orang lain, kebutuhan pengaktualisasian diri: menjadi sesuatu sepenuh
kemampuannya. Kemudian dibahas motivasi menurut Herzberg yang dikenal dengan
teori Higiene. Herzberg membagi kebutuhan ke dalam dua kategori yang ia namakan
factor higiene dan motivator. Factor higiene menjadikan konteks pekerjaan,
sementara motivator adalah semua yang berkaitan dengan isi pekerjaan. 
            Bagian selanjutnya dibahas mengenai
cara-cara memotivasi, memepertahankan dan merekrut para karyawan yang mempunyai
bakat terbaik dari semua generasi agar tetap bekerja dengan baik yaitu
diantaranya dengan memberikan penekanan pada status dan pengakuan mereka di
perusahaan atau di suatu organisasi. Untuk dapat memotivasi generasi yang masih
muda dan ambisius dengan mengaitkan peluang yang ada dalam perusahaan pada
sasaran rencana karier jangka panjang mereka. Bab berikutnya penulis mencoba
memaparkan uraian dari Michael Maccoby penulis Why Work? tentang hal-hal yang
perlu dilakukan oleh seseorang apabila orang lain tidak mau bekerja. Michael
mengajukan 4R motivasi yaitu  :
Resposibilities/tanggung jawab, menyesuaikan keterampilan dan nilai pada
tanggung jawab pekerjaan. Memberi Rewards/imbalan, Relationships/hubungan
dengan sesama yaitu apakah mereka diperlakukan dengan hormat dalam hubungan
mereka dengan atasan. Reasons/ alasan atau tujuan, orang sering merasa bahwa
apa yang mereka kerjakan tidak mempunyai arti. Ini terjadi karena manajer tidak
memberi tahu mengapa suatu pekerjaan ditugaskan kepada mereka atau menjelaskan
arti dari pekerjaan mereka bagi sukses perusahaan. Pekerjaan yang membosankan
sekalipun dapat menjadi kebanggaan bagi karyawan jika ia tahu bahwa itu penting
bagi keberhasilan organisasi.
            Bab 2 dari buku ini membicarakan dan
membahas mengenai membuat suatu pekerjaan mempunyai arti, dengan secara
khusus berfokus pada cara meningkatkan rasa hormat dan penghargaan untuk
tugas-tugas rutin dan berulang serta orang yang melaksanakannya. Pekerjaan
seseorang berguna jika organisasi membuat atau menyediakan produk atau jasa
yang berguna, tugas mereka berkontribusi pada misi organisasi, dan atau
pekerjaan itu memuaskan batin secara pribadi. Orang yang melakukan pekerjaan
membosankan dan berulang, berhak atas penghormatan karena melaksanakan tugas
yang penting bagi sukses organisasi. Juga dibahas tentang melihat ke peluang
untuk tumbuh  pada suatu era di mana
kemajuan ke atas terbatas, kemungkinan promosi semakin kecil, dan lebih besar
kesempatan untuk membangun keterampilan-keterampilan, memperkaya pekerjaan, dan
pergerakan ke samping (lateral movement). Penulis dalam bab ini
menyuguhkan uraian dari Frederick Herzbeg yang mempopulerkan ungkapan’mempekaya
pekerjaan (job enrichment)’ tentang mengubah pekerjaan yang membosankan dan
terbatas menjadi pekerjaan yang luas dan memuaskan hati. Definisinya tentang
memperkaya pekerjaan mencakup sejumlah komponen, termasuk: menghilangkan
kendali, meningkatkan tanggung jawab pekerja, memberi pekerja satu unit pekerjaan
yang utuh dan bukan hanya tugas tunggal, menambah wewenang pekerja, menambah
informasi kepada pekerja, memperkenalkan tugas baru yang lebih menantang, dan
memberikan tugas khusus yang memerlukan keahlian, memperkenankan pekerja
menjadi ahli. Memperkaya pekerjaan memungkinkan karyawan untuk belajar dan
menerapkan keterampilan baru tanpa meninggalkan pekerjaan mereka yang sekarang.
Dalam bab ini penulis juga memberikan sedikit kata nasihat tentang memperkaya
pekerjaan. Tanpa memberikan janji yang mungkin tidak dapat seseorang tepati,
lakukan usaha sebaik mungkin untuk mendefinsikan kembali dan meningkatkan
pekerjaan yang telah diperkaya tadi. Tantangan yang menggairahkan adalah
motivator yang ampuh, tetapi dengan berlalunya waktu seorang karyawan yang pekerjaannya
sudah diperluas tetapi tidak memperoleh peningkatan, dapat saja mulai merasa
telah dipermainkan. Hal ini menjadi resiko jika—seperti kita semua sudah
melihatnya-organisasi menerima orang baru di tingkat yang lebih tinggi, gaji
lebih besar, lebih banyak status tetapi tanggung jawabnya berkurang. Menurut
pengertian Herzberg, lebih banyak uang mungkin tidak menjadi motivator yang
sejati. Akan tetapi tidak mendapatkannya bisa menjadi demotivator yang kuat,
khususnya bagi karyawan yang merasa dieksploitasi. Kemudian dalam bab ini juga
dibahas mengenai kebutuhan karyawan untuk memiliki rasa mengendalikan
pekerjaan mereka sendiri dan menjelaskan bagaimana manajer dapat menyerahkan
kendali tersebut tanpa membahayakan mutu kinerja atau keamanan pekerjaan manajer
sendiri.
            Semakin banyak pilihan yang dibuat
sendiri oleh karyawan, mereka semakin berdedikasi untuk menjamin agar usaha
mereka memberikan hasil akhir yang diinginkan. Pekerja sering kali merasa
terperangkap dalam proses yang mereka asumsikan tidak mungkin dapat mereka
ubah. Jika karyawan mengendalikan pekerjaan mereka sendiri, tugas manajer
adalah menyediakan apa yang mereka perlukan agar berhasil. Selain itu juga
dibahas tentang penekanan betapa pentingnya rasa memiliki kompetensi
bagi motivasi karyawan dan membahas perann manajer dalam menegaskan dan
meningkatkan kompetensi ini. Dalam bab ini juga penulis menjelaskan tentang
pentingnya kompetensi untuk motivasi intrinsik maupun ektrinsik menurut ahli
psikologi motivasional Edward L.Deci orang harus merasa mampu melaksanakan
suatu perilaku untuk mendapatkan imbalan. Merasa kompeten menambah kenikmatan
dari aktivitas itu sendiri. Akan tetapi ada perbedaannya. Orang lain menikmati
kompetensi kita dan menentukan apakah akan memberi imbalan atau tidak atas
kinerja kita. Kenikmatan kita melakukan aktivitas bergantung pada bagaimana
kita menilai kompetensi kita. Berbagai cara yang dilakukan orang untuk dapat
memuaskan kebutuhan memiliki kompetensi diantaranya mencari tantangan yang
lebih besar untuk ditaklukkan. Ada orang yang menambah besar tantangan bagi
mereka. Begitu mereka sudah kompeten untuk menjalankan suatu tugas, mereka
membutuhkan tantangan yang lain. Dalam buku ini penulisg juga memberikan tips
kepada para manajer agar karyawan dapat melaksanakan dan meningkatkan
kompetensinya diantaranya: perkaya pekerjaan karyawan agar mendapatkan
keuntungan penuh dari semua kompetensi yang mereka miliki, memberikan semangat
kepada karyawan untuk mengusulkan proyek baru yang dibangun atas kompetensi
mereka dan berkontribusi pada sasaran unit kerja, memberikan rekomendasi agar
karyawan ditempatkan dalam tim lintas fungsional yang memerlukan kompetensi
mereka, khususnya tim yang tidak saja memanfaatkan keterampilan yang mereka
miliki, tetapi memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan
keterampilan baru. Namun, bagaimana jika mereka atau karyawan tidak kompeten?
Pengarang mencoba menjawab pertanyaan ini dengan memberikan beberapa solusi
untuk membantu karyawan meningkatkan kompetensi mereka yaitu membiarkan mereka
memilih satu bidang untuk ditingkatkan dan berfokus padanya. Memberikan pilihan
melibatkan kebutuhan mereka akan kendali, yang merupakan motivator. Mempertegas
betapa pentingnya tugas yang mereka lakukan, bagaimana hal itu berkontribusi
pada tujuan dan sasaran organisasi. Mengadakan pelatihan (training) dan
pembinaan (coaching) di pekerjaan. Memperkuat penerapan yang berhasil dari
keterampilan baru dengan memberikan pujian tanpa embel-embel. Mencari
kesempatan bagi karyawan untuk mempraktikkan kompetensi baru dalam melaksanakan
tugas. Selanjutnya dalam bab ini membicarakan cara terbaik menggunakan
pengakuan dan imbalan untuk memperkuat kinerja tingkat tinggi. Imbalan atau
hadiah adalah motivasi ekstrinsik dan datang dari luar. Pengakuan dan imbalan
bekerja memberikan energi kepada karyawan karena: imbalan menegaskan kembali
perasaan memiliki kompetensi karyawan, kebanyakan di antara kita lebih percaya
pada kompetensinya jika hal tersebut ditegaskan oleh sumber di luar kita. Jadi,
suatu motivator ekstrinsik dapat secara nyata memperkuat motivasi internal
kita. Imbalan memperlihatkan bahwa organisasi menghargai karyawan, pengakuan
dari organisasi memperkuat kebanggaan yang kita rasakan dalam kinerja dan nilai
kita sebagai pekerja dan manusia. Menerima hadiah menegaskan kembali rasa
kompeten karyawan dan memperlihatkan bahwa organisasi menghargainya serta
mengungkapkan apa yang oleh organisasi dianggap sebagai bernilai. Jika karyawan
ikut dalam merancang sistem imbalan, mereka pun tahu bagaimana cara untuk mendapatkannya
hadiah dan mengapa orang lain diberi imbalan. Hadiah secara simbolis dapat
menjadi berarti jika hal tersebut diperkuat melalui konfirmasi berlanjut dari
nilai karyawan tersebut bagi organisasi. Uraian terakhir dari bab ini
menjelaskan tentang peran dari hubungan timbal balik dalam membuat
pekerjaan menjadi sesuatu yang bernilai untuk dikerjakan. Hubungan
manajer/karyawan yang penuh energi dibangun atas dasar kepercayaan, kepedulian,
saling menghargai, saling menghormati, dan komunikasi yang berlanjut.
Kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan yang sukses. Hubungan yang
tidak dilandaskan pada kepercayaan dua arah hanya mengarah ke kepentingan
sendiri. Pada hakikatnya, membangun hubungan berarti berkomunikasi.
Berkomunikasi dengan baik bukan hanya soal menyampaikan sesuatu dengan baik,
komunikasi memerlukan kombinasi dari keterampilan mendengarkan (listening) dan
menyampaikan (presenting). Dalam buku ini juga dibahas mengenai hubungan antara
rekan kerja. Bagi banyak orang, hubungan dengan rekan kerja adalah alasan yang
membuat pergi bekerja itu lebih menarik daripada hanya berbagi meja kerja. Bagi
beberapa orang, persahabatan dengan rekan kerja adalah alasan yang mendorong
mereka untuk datang bekerja setiap hari.
            Di bab 3 buku ini meninjau ciri
organisasional, kebijakan serta praktik yang mengilhami atau mengekang energi
dan komitmen karyawan. Namun, tentu saja, tetap dilihat dari sudut pandang
manajer yang berperan untuk menerjemahkan keputusan dan tindakan manajemen
puncak di tingkat unit kerja. Pengarang juga menegaskan bahwa bagi kebanyakan
manajer, memotivasi dengan uang dihadapkan pada dua rintangan. Rintangan yang
pertama adalah kendali mereka yang terbatas atas imbalan keuangan bagi
karyawan. Rintangan kedua adalah bahwa keberhasilan uang sebagai motivator,
dalam keadaan terbaik pun tetap tidak menentu. juga dibahas mengenai
pemusatan  perhatian pada visi dan
kepemimpinan, dua cirri yang membedakan antara organisasi yang berenergi tinggi
dan rendah. Suatu visi yang kredibel dan menarik memberi energi kepada orang
untuk berpartisipasi dalam usaha untuk mencapainya. Dalam bukunya ini penulis
juga menguraikan secara panjang lebar mengenai memotivasi suatu perusahaan agar
berkinerja pada tingkat puncak menurut Jon Katzenbach yang merupakan seorang
penulis Peak Performance. Menurut Jon ada lima jalur atau cara untuk
memotivasi suatu perusahaan secara keseluruhan, agar berkinerja pada tingkat
puncak yang diidentifikasi oleh Jon melalui riset yang mendalam di perusahaan
yang berkinerja tinggi adalah: 
1.
misi, nilai, dan kebanggaan.
 2. proses dan pengukuran. 
3.
semangat wirausaha, disini yang menjadi kunci adalah risiko tinggi dan imbalan
tinggi. 4. pencapaian individual, dalam mengikuti jalur ini perusahaan
menyediakan banyak  kesempatan bagi pencapaian
individual dan pertumbuhan karir. 
5.penagkuan
dan merayakan keberhasilan. Kemudian dalam bab ini dibahas tentang enam gaya
kepemimpinan dari Daniel Goleman yaitu : 
1. memaksa (coercive)adalah gaya
kepemimpinan lakukan –apa-yang-saya katakana (do-what-i-say) yang menuntut
dituruti segera. 
2. Otoritatif yaitu gaya kepemimpinan
yang menentukan arah, kemudian membebaskan orang untuk membebaskan orang untuk
memutuskan sendiri bagaimana cara mencapainya.
 3. Afiliatif yaitu gaya kepemimpinan yang berusaha
membuat karyawan senang dan menciptakan keselarasan antara mereka. 
4. 
Demokratis adalah gaya kepemimpinan yang membangun consensus. 
5. 
Menetapkan (kecepatan) langkah (pacesetting), disini pemimpin
‘menetapkan standar kinerja yang tinggi’ tetapi hanya sedikit memberikan
bimbingan untuk mencapainya dan mengganti orang yang tidak berhasil. 
6
.membimbing (coaching), gaya kepemimpinan yang terutama berfokus pada
pengembangan karyawan. Selanjutnya dalam buku ini membahas mengenai tim. Suatu
kelompok merupakan tim jika anggotanya memiliki satu tujuan bersama dan saling
membutuhkan satu sama lain untuk mencapainya. 
            Selain itujuga diuraikan juga
sifat-sifat tim yang membedakan dengan sifat-sifat kelompok. Penulis
mengemukakan lima  kebiasaan tim yang
bermotivasi tinggi antara lain memperkenankan anggota untuk menyatakan pendapat
dan gagasan mereka tanpa was-was, mencari masukan dari siapa saja yang terkena
dampak dari suatu keputusan, mendorong dan memberi imbalan untuk inovasi dan
perubahan, menyuarakan ketidaksepakatan dan konflik secara terbuka, dan
menyebarkan kepemimpinan ke seluruh tim. Pengarang juga menguraikan tentang
beberapa kebiasaan pemimpin tim yang berdaya motivasi tinggi yaitu membagi
pekerjaan kreatif sehingga setiap orang mendapat bagian, menghindari untuk
terlalu bergantung pada beberapa maha bintang saja sementara meminta anggota
lainnya untuk melakukan semua pekerjaan pendukung, memberi wewenang kepada
anggota tim untuk menentukan sendiri bagaimana mereka akan melaksanakan tugasnya,
menanyakan kepada anggota tim, apakah mereka bersedia membantu tugas yang
diluar spesialisasi mereka, memasangkan orang dengan spesialisasi berbeda,
memberi giliran bagi anggota tim untuk mengerjakan tugas proyek, tidak lupa
untuk berbagi pekerjaan yang membosankan, menambahkan keriangan pada hal-hal
yang membosankan, mengaitkan pekerjaan rutin pada hasil akhir, menunjukkan
penghargaan bagi kontribusi setiap anggota tim, dan merayakan pencapaian tim.
Dalam tim yang efektif, para anggotanya menyatakan diri mereka secara bebas
individual atas hasil tim sedangkan dalam tim motivasional, para anggotanya
menyatakan diri mereka secara bebas, mencari masukan secara luas untuk membuat
keputusan dan menyampaikan perbedaan secara terbuka. Bab selanjutnya membahas
tentang bagaimana penurunan ekonomi dan kegemaran organisasi untuk mengurangi
karyawan dan mengadakan reorganisasi yang berulang berdampak pada motivasi
karyawan. Bab ini juga membahas apa yang dapat dilakukan oleh manajer untuk
mendukung karyawan pada saat yang sulit bahkan mempersiapkan mereka menghadapi
tantangan yang dibawa oleh suatu perubahan. Jika suatu perusahaan sedang dalam
kesulitan, para karyawan akan memobilisasi diri untuk menyelamatkan perusahaan.
Itu terjadi jika mereka memahami strategi dan prioritas serta ikut menentukan
cara-cara untuk mencapai sasaran. Perubahan yang tetap berlanjut bersifat
melemahkan karena menarik orang dari pekerjaan mereka semula, meniadakan usaha
mereka sebelumnya, dan menciptakan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi
pada masa mendatang. Karyawan akan mendukung perubahan saat keadaan baik jika
mereka dapat diyakinkan bahwa hal tersebut mempunyai nilai, membangun atas
kekuatan mereka, dan bermanfaat bagi semua.
            Bab terakhir penulis memfokuskan
pada uraian bagaimana cara-cara untuk menemukan motivasi pada diri seseorang
dalam situasi yang sulit bagi jiwa orang bekerja dan petunjuk-petunjuk untuk
memotivasi diri sendiri. Uraian selanjutnya penulis dalam buku ini memberi
saran untuk menghadapi atasan, rekan kerja, dan pelanggan yang lamban. Penulis
juga menguraikan petunjuk-petunjuk ampuh untuk memotivasi pelanggan pada suatu
perusahaan yaitu di antaranya perlakukan interaksi pelanggan sebagai suatu
hubungan, bukan transaksi, menghormati pelanggan, lebih banyak mendengar
daripada berbicara. Semakin sedikit waktu kita habiskan untuk berbicara,
semakin banyak waktu yang kita miliki untuk mencari tahu kebutuhan pelanggan
yang mendesak maupun yang lebih luas.
             Buku ini bermanfaat untuk dibaca oleh siapa
saja yang ingin meningkatkan motivasi pribadi ataupun memotivasi orang lain
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Akhirnya, perlu digarisbawahi
bahwa buku apapun itu tidak akan mengubah dunia, tetapi kita sendirilah yang
mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain
meskipun buku smart things to know about motivation ini membawakan kearifan
paling cemerlang dari praktisi dan pemikir terbaik, buku ini membebankan
tanggung jawab kepada pembaca untuk dapat mengimplementasikan apa yang sudah
dibaca dan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari agar memberikan manfaat untuk
setiap tindakan dan pekerjaan kita.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar