By: Irma Yulianti
Judul Buku : Inovasi dalam Pendidikan
Non-Formal
Sebuah Tinjauan Inisiatif dari Kawasan Asia-Pasifik
Sebuah Tinjauan Inisiatif dari Kawasan Asia-Pasifik
Penulis
: APPEAL Resource and
Training Consortium (ARTC)
Penerbit : Bangkok : UNESCO
Tahun terbit : 2002
Tebal buku : 117 halaman
Dalam buku ini menjelaskan tentang
inovasi-inovasi dalam pendidikan nonformal yang dilakukan oleh negara-negara di
kawasan Asia Pasifik. Pemaparan inovasi pendidikan nonformal di negara-negara
kawasan Asia Pasifik dalam buku ini menggunakan pendekatan studi kasus. Menampilkan
contoh dari beberapa negara-negara di kawasan Asia Pasifik dalam melakukan
sebuah inovasi-inovasi dalam pendidikan nonformalnya.
Dalam buku ini juga
mengetengahkan studi kasus yang terbagi dalam tiga kategori besar, yaitu berupa inovasi-inovasi
yang dijelaskan dalam buku ini diantaranya mengenai:
ü
Keaksaraan fungsional dan pendidikan orang
dewasa untuk pengentasan kemiskinan seperti yang digambarkan dalam studi kasus
Bangladesh dan Cina.
Bangladesh dan Cina.
ü
Non-formal pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan,
yang merupakan fokus
dari studi kasus
dari India,Indonesia,
Filipina dan Thailand.
ü
Pendidikan non formal sebagai pembelajaran
seumur hidup, yang merupakan fokus dari studi
kasus dari Australia,
Malaysia dan Korea
Selatan.
KAJIAN DAN ANALISIS BUKU :
Berdasarkan
rangkuman buku diatas, dapat saya kaji dan analisis dalam perspektif pendidikan
nonformal atau yang lebih dikenal dengan pendidikan Luar sekolah. Kajian dan
analisis dapat dilihat dari berbagai dimensi yaitu diantaranya dimensi ekonomi,
sosial, budaya, dan politik.
Untuk
mengkaji dan menganalisis buku yang berisi tentang inovasi-inovasi program
pendidikan nonformal di berbagai negara di kawasan Asia Pasifik ini, diperlukan
kajian berbagai literatur-literatur sebagai komparasi antara negara-negara di
kawasan Asia Pasifik secara mendalam dan komprehensif. Tujuannya tentu saja
agar mendapatkan hasil studi yang benar-benar akurat dan valid serta dapat
dijadikan referensi bagi lembaga pendidikan nonformal maupun bagi pengambil
keputusan atau kebijakan mengenai pendidikan nonformal.
Program-program
pendidikan nonformal di berbagai negara di kawasan Asia Pasifik secara
universal mengarah pada satu titik tujuan utama yaitu kefokusan pada bidang
pelatihan berbasis pemberdayaan mayarakat. Seperti halnya di Indonesia pun
program ini hampir semua dapat dijumpai pada lembaga-lembaga pendidikan
nonformal seperti PKBM, Rumah Singgah, Sanggar Kegiatan Belajar, dan
lembaga-lembaga nonformal lainnya.
Seiring
dengan bergulirnya era globalisasi dan modernisasi yang semakin menunjukkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengalami perkembangan sangat
pesat di masa kekinian, dimana roda persaingan antar manusia semakin
menunjukkan eksistensinya pada ranah kehidupan manusia. Siap tak siap, mau tak
mau, setiap manusia sudah seharusnya dituntut untuk dapat bertahan oleh
kepungan persaingan antar manusia di dunia. Jika tidak, maka tinggal menunggu
waktu saja untuk menenggelamkan diri kepada kemelaratan dan kemiskinan. Dunia
ini berputar ibarat sebuah roda, adakalanya manusia berada di bawah dan
adakalanya berada di atas. Maksudnya adalah ketika manusia itu berada di bawah,
maka yang harus di mobilisasi agar dapat bergerak ke atas adalah membangun
’mind set’ atau pola pikir atau paradigma berpikir tentang kehidupan ini.
Selain itu yang paling penting adalah menggali dan mengeksplor potensi terbesar
yang ada di dalam diri karena sejatinya setiap manusia memiliki potensi besar
untuk dapat berkembang tergantung bagaimana memanagemen diri secara efektif.
Begitu pula ketika berada diatas, mengeksplor dan mengekspansi kemampuan atau
pun ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada orang banyak. Terapkan prinsip
’giving’ kepada sesama. Jangan sampai kemampuan lebih yang diberikan oleh Tuhan
di biarkan dan di buang sia-sia tanpa dilewati dengan kebermaknaan hidup bagi
sesama. Jangan biarkan kemampuan ilmu pengetahuan yang didapat dan dimiliki
mendekam kebisuan di otak, hanya menumpuk tumpukkan memori ilmu tanpa pernah
untuk mengeksplornya.
Maka
dari itu, disinilah pentingnya peran pendidikan untuk dapat mencetak
insan-insan yang kreatif dan inovatif di masa depan. Salah satunya yang paling
sesuai untuk mencetak insan yang seperti itu adalah pendidikan nonformal.
Mengapa pendidikan nonformal? karena pendidikan nonformal merupakan salah satu
pendidikan yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat dan program-program
keaksaraan fungsional bagi orang dewasa. Suatu program yang belum ada di
pendidikan formal.
Menurut Coombs (1973) pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan
terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan
secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas,
yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai
tujuan belajarnya.
Mengapa harus pendidikan nonformal? Karena pendidikan nonformal dapat
dijadikan suatu alternatif untuk meningkatkan SDM dan perekonomian, karena
salah satu cakupan atau ruang lingkup yang terdapat dalam pendidikan nonformal
itu adalah pendidikan orang dewasa. Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi
orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan
kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan profesi yang
telah dimiliki, memperoleh cara-cara baru serta mengubah sikap dan perilaku
orang dewasa. Pendidikan nonformal juga mempunyai asas pendidikan sepanjang
hayat, dimana peserta didiknya bisa siapa saja tergantung dari program yang
dijalankan ditujukan untuk siapa Tujuan
pendidikan ini ialah supaya orang-orang dewasa mampu mengembangkan diri secara
optimal dan berpartisipasi aktif, malah menjadi pelopor di masyarakat, dalam
kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berubah dan berkembang. Untuk
itulah pentingnya aksi pendidikan nonformal dalam mewujudkan masyarakat ber-SDM
tinggi dan mampu bersaing ditengah krisis global.
Untuk
dapat mencetak generasi yang kritis, kreatif, dan inovatif, seyogyianya
pendidikan nonformal dalam setiap programnya melakukan sebuah inovasi-inovasi dalam
mengimplementasikan satuan program pemberdayaan masyarakat. Bagaimana pun juga
pendidikan nonformal merupakan lembaga yang berperan besar menghasilkan output
yang memiliki mutu kualitas SDM yang lebih baik.
Sumber daya manusia yang handal dan professional
sangat diperlukan bahkan sangat dibutuhkan oleh setiap insan dimuka bumi ini.
Di era modern ini atau era globalisasi yang mengusung era kebebasan dan juga
era kapitalisme yang menuntut seseorang mau tak mau harus memiliki kompetensi
yang mumpuni yang dapat memberdayakan diri mereka sendiri yang secara tidak
langsung akan memberikan sumbangsih terhadap kemajuan bangsa dan negara. Laju
persaingan yang sangat ketat memungkinkan seseorang bisa saja tengelam dalam
arus persaingan tersebut jika tidak ada alat pertahanan yang super berupa”
kecerdasan “ dalam mengelola sumber daya mereka sendiri.
Kembali
pada kajian dan analisis buku ini. Kajian dan analisis dapat dilihat dari
berbagai dimensi yaitu diantaranya dimensi ekonomi, sosial, budaya, dan
politik. Dari segi ekonomi buku yang membahas tentang inovasi-inovasi program
pendidikan nonformal di berbagai negara di kawasan Asia Pasifik ini salah
satunya adalah dapat dijadikan sumber peningkatan perekonomian. Artinya dengan
adanya inovasi-inovasi program pendidikan nonformal apalagi inovasi yang
diimplementasikan mengandung muatan dimensi ekonomi, seperti pada program
keterampilan dan kecakapan hidup berbasis pemberdayaan masyarakat. Mengapa
program ini bisa dikatakan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Karena
menurut saya, program-program inovasi pendidikan nonformal sudah seharusnya
memiliki muatan ekonomi masyarakat. Karena pendidikan nonformal pada setiap
programnya diarahkan pada tujuan kesejahteraan rakyat.
Dalam
buku ini saya ambil contoh inovasi program pendidikan nonformal di negara India
yang mempunyai empat program inovatif. Yaitu memberikan pendidikan dasar untuk
output anak-sekolah, dengan fokus khusus pada perempuan. Semua inovasi dipilih
dari upaya LSM yang bekerja di bidang pendidikan non-formal.Salah satu contoh
adalah ditetapkan untuk perempuan pedesaan dalam rangka meningkatkan
keterampilan mereka dan pengaruh pola
mata pencaharian mereka. Pusat
Pendidikan dan Pengembangan Pedesaan Wanita (CEDRW) adalah upaya untuk
memberdayakan perempuan dengan meningkatkan status pendidikan dan ekonomi.
Jadi, intinya sarat dengan muatan dimensi ekonomi masyarakat.
Contoh
lainnya yaitu PKBM. Memiliki bidang kegiatan usaha ekonomi produktif mencakup
semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kapasitas/pemberdayaan
ekonomi anggota komunitas. Didalamnya mencakup semua program antara lain unit
usaha PKBM, Kelompok Belajar Usaha masyarakat, pengembangan usaha warga
masyarakat, kerjasama dan jaringan usaha masyarakat, upaya-upaya peningkatan produktivitas
masyarakat, penciptaan lapangan kerja baru dan sebagainya. Didalamnya juga
meliputi seluruh aspek usaha mulai dari pembangunan usaha baru, perluasan
pemasaran, pengembangan permodalan, peningkatan mutu, peningkatan kemampuan
manajemen usaha, peningkatan kemampuan inovasi dan perancangan produk dan
sebagainya.
Kemudian
dari segi sosial. Jika saya kaji dan analisis buku ini, isi atau materi yang
dipaparkan mengenai inovasi program pendidikan nonformal jika ditilik lebih
jauh lagi, mengandung unsur-unsur sosial kemasyarakatan. Memang tidak dapat di
pungkiri bahwa sisi sosial tidak di pisahkan dari komponen masyarakat itu
sendiri. Selama komponen masyarakat menjadi subject matter dalam kehidupan maka
sisi sosial terus melekat pada masyarakat. Kaitannya dengan buku ini,
inovasi-inovasi program pendidikan nonformal yang di laksanakan di berbagai
negara-negara di kawasan Asia Pasifik secara umum memperlihatkan bahwa inovasi
pendidikan nonformal di negaranya mengandung dimensi sosial kemasyarakatan. Saya
contohkan salah satu negara yang di bahas di dalam buku ini yaitu negara China,
yang memiliki tiga proyek yang menghubungkan pendidikan dengan pengentasan
kemiskinan. Tujuan dasar dari proyek ini
adalah untuk membuat ilmu pengetahuan dan pendidikan mudah diakses oleh petani, terutama yang
miskin dan untuk membantu mereka menggunakan sebagai
alat untuk pengentasan kemiskinan dan memperbaiki kualitas hidup. Proyek ini telah diperluas untuk mencakup lebih banyak dari 1.250 desa di 22 provinsi. Lebih dari satu juta petani dari 250 ribu rumah tangga merasakan secara langsung manfaatnya. Dengan demikian program inovasi dalam pendidikan nonformal di negara China ini dapat dikatakan memiliki dimensi sosial kemasyarakatan karena program inovasinya berbasis kemasyarakatan.
alat untuk pengentasan kemiskinan dan memperbaiki kualitas hidup. Proyek ini telah diperluas untuk mencakup lebih banyak dari 1.250 desa di 22 provinsi. Lebih dari satu juta petani dari 250 ribu rumah tangga merasakan secara langsung manfaatnya. Dengan demikian program inovasi dalam pendidikan nonformal di negara China ini dapat dikatakan memiliki dimensi sosial kemasyarakatan karena program inovasinya berbasis kemasyarakatan.
Berikutnya yaitu analisis
dari perspektif budaya. Berbicara tentang budaya tidak terlepas dari komponen
masyarakat karena budaya itu merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia
atau masyarakat. Internalisasi budaya akan tercermin melalui serangakaian proses kulturalisasi lingkungan.
Dalam hal ini lingkungan pendidikan nonformal yang didalamnya memiliki inovasi
dalam setiap kehidupan lingkungannya maka dapat mempengaruhi pola pikir
masyarakatnya. Pola pikir ini kemudian menjadi suatu konsep pemikiran atau
tingkah laku yang tertuang dalam kebiasaan-kebiasaan rutinitas keseharian. Hal
inilah yang kemudian tercipta budaya di dalam lingkungan.
Selanjutnya dari dimensi
politik. Misalnya dalam pendidikan berbasis masyarakat (community-based
education) yang merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang
untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur
hidup. Kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh arus
besar modernisasi yang menghendaki terciptanya demokratisasi dalam segala
dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Mau tak mau
pendidikan harus dikelola secara desentralisasi dengan memberikan tempat
seluas-luasnya bagi partisipasi masyarakat. Sebagai implikasinya, pendidikan
menjadi usaha kolaboratif yang melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnva.
Partisipasi pada konteks ini berupa kerja sama antara warga dengan pemerintah
dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga dan mengembangkan aktivitas
pendidikaan. Sebagai sebuah kerja sama, maka masyarakat diasumsi mempunyai
aspirasi yang harus diakomodasi dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program
pendidikan.
NOTE:
Dilarang copy paste
tulisan ini tanpa mencatumkan sumber link blog ini dan nama pemiliknya!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar