Kamis, 25 Oktober 2012

Kajian dan Analisis Buku


 By: Irma Yulianti 
 
Judul Buku : Inovasi dalam Pendidikan Non-Formal
Sebuah Tinjauan Inisiatif dari Kawasan Asia-Pasifik
Penulis           : APPEAL Resource and Training Consortium (ARTC)
Penerbit        : Bangkok : UNESCO
Tahun terbit : 2002
Tebal buku   : 117 halaman

Dalam buku ini menjelaskan tentang inovasi-inovasi dalam pendidikan nonformal yang dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Pemaparan inovasi pendidikan nonformal di negara-negara kawasan Asia Pasifik dalam buku ini menggunakan pendekatan studi kasus. Menampilkan contoh dari beberapa negara-negara di kawasan Asia Pasifik dalam melakukan sebuah inovasi-inovasi dalam pendidikan nonformalnya.

Dalam buku ini juga mengetengahkan studi kasus yang terbagi dalam tiga kategori besar, yaitu berupa inovasi-inovasi yang dijelaskan dalam buku ini diantaranya mengenai:
ü      Keaksaraan fungsional dan pendidikan orang dewasa untuk pengentasan kemiskinan seperti yang digambarkan dalam studi kasus
Bangladesh dan Cina.
ü      Non-formal pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, yang merupakan fokus dari studi kasus dari India,Indonesia, Filipina dan Thailand.
ü      Pendidikan non formal sebagai pembelajaran seumur hidup, yang merupakan fokus dari studi kasus dari Australia, Malaysia dan Korea Selatan.

KAJIAN DAN ANALISIS BUKU :

      Berdasarkan rangkuman buku diatas, dapat saya kaji dan analisis dalam perspektif pendidikan nonformal atau yang lebih dikenal dengan pendidikan Luar sekolah. Kajian dan analisis dapat dilihat dari berbagai dimensi yaitu diantaranya dimensi ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

      Untuk mengkaji dan menganalisis buku yang berisi tentang inovasi-inovasi program pendidikan nonformal di berbagai negara di kawasan Asia Pasifik ini, diperlukan kajian berbagai literatur-literatur sebagai komparasi antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik secara mendalam dan komprehensif. Tujuannya tentu saja agar mendapatkan hasil studi yang benar-benar akurat dan valid serta dapat dijadikan referensi bagi lembaga pendidikan nonformal maupun bagi pengambil keputusan atau kebijakan mengenai pendidikan nonformal.
            Program-program pendidikan nonformal di berbagai negara di kawasan Asia Pasifik secara universal mengarah pada satu titik tujuan utama yaitu kefokusan pada bidang pelatihan berbasis pemberdayaan mayarakat. Seperti halnya di Indonesia pun program ini hampir semua dapat dijumpai pada lembaga-lembaga pendidikan nonformal seperti PKBM, Rumah Singgah, Sanggar Kegiatan Belajar, dan lembaga-lembaga nonformal lainnya.
            Seiring dengan bergulirnya era globalisasi dan modernisasi yang semakin menunjukkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengalami perkembangan sangat pesat di masa kekinian, dimana roda persaingan antar manusia semakin menunjukkan eksistensinya pada ranah kehidupan manusia. Siap tak siap, mau tak mau, setiap manusia sudah seharusnya dituntut untuk dapat bertahan oleh kepungan persaingan antar manusia di dunia. Jika tidak, maka tinggal menunggu waktu saja untuk menenggelamkan diri kepada kemelaratan dan kemiskinan. Dunia ini berputar ibarat sebuah roda, adakalanya manusia berada di bawah dan adakalanya berada di atas. Maksudnya adalah ketika manusia itu berada di bawah, maka yang harus di mobilisasi agar dapat bergerak ke atas adalah membangun ’mind set’ atau pola pikir atau paradigma berpikir tentang kehidupan ini. Selain itu yang paling penting adalah menggali dan mengeksplor potensi terbesar yang ada di dalam diri karena sejatinya setiap manusia memiliki potensi besar untuk dapat berkembang tergantung bagaimana memanagemen diri secara efektif. Begitu pula ketika berada diatas, mengeksplor dan mengekspansi kemampuan atau pun ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada orang banyak. Terapkan prinsip ’giving’ kepada sesama. Jangan sampai kemampuan lebih yang diberikan oleh Tuhan di biarkan dan di buang sia-sia tanpa dilewati dengan kebermaknaan hidup bagi sesama. Jangan biarkan kemampuan ilmu pengetahuan yang didapat dan dimiliki mendekam kebisuan di otak, hanya menumpuk tumpukkan memori ilmu tanpa pernah untuk mengeksplornya.

            Maka dari itu, disinilah pentingnya peran pendidikan untuk dapat mencetak insan-insan yang kreatif dan inovatif di masa depan. Salah satunya yang paling sesuai untuk mencetak insan yang seperti itu adalah pendidikan nonformal. Mengapa pendidikan nonformal? karena pendidikan nonformal merupakan salah satu pendidikan yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat dan program-program keaksaraan fungsional bagi orang dewasa. Suatu program yang belum ada di pendidikan formal.

Menurut Coombs (1973) pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Mengapa harus pendidikan nonformal? Karena pendidikan nonformal dapat dijadikan suatu alternatif untuk meningkatkan SDM dan perekonomian, karena salah satu cakupan atau ruang lingkup yang terdapat dalam pendidikan nonformal itu adalah pendidikan orang dewasa. Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan profesi yang telah dimiliki, memperoleh cara-cara baru serta mengubah sikap dan perilaku orang dewasa. Pendidikan nonformal juga mempunyai asas pendidikan sepanjang hayat, dimana peserta didiknya bisa siapa saja tergantung dari program yang dijalankan ditujukan untuk siapa  Tujuan pendidikan ini ialah supaya orang-orang dewasa mampu mengembangkan diri secara optimal dan berpartisipasi aktif, malah menjadi pelopor di masyarakat, dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berubah dan berkembang. Untuk itulah pentingnya aksi pendidikan nonformal dalam mewujudkan masyarakat ber-SDM tinggi dan mampu bersaing ditengah krisis global.

            Untuk dapat mencetak generasi yang kritis, kreatif, dan inovatif, seyogyianya pendidikan nonformal dalam setiap programnya melakukan sebuah inovasi-inovasi dalam mengimplementasikan satuan program pemberdayaan masyarakat. Bagaimana pun juga pendidikan nonformal merupakan lembaga yang berperan besar menghasilkan output yang memiliki mutu kualitas SDM yang lebih baik.

Sumber daya manusia yang handal dan professional sangat diperlukan bahkan sangat dibutuhkan oleh setiap insan dimuka bumi ini. Di era modern ini atau era globalisasi yang mengusung era kebebasan dan juga era kapitalisme yang menuntut seseorang mau tak mau harus memiliki kompetensi yang mumpuni yang dapat memberdayakan diri mereka sendiri yang secara tidak langsung akan memberikan sumbangsih terhadap kemajuan bangsa dan negara. Laju persaingan yang sangat ketat memungkinkan seseorang bisa saja tengelam dalam arus persaingan tersebut jika tidak ada alat pertahanan yang super berupa” kecerdasan “ dalam mengelola sumber daya mereka sendiri.
      Kembali pada kajian dan analisis buku ini. Kajian dan analisis dapat dilihat dari berbagai dimensi yaitu diantaranya dimensi ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Dari segi ekonomi buku yang membahas tentang inovasi-inovasi program pendidikan nonformal di berbagai negara di kawasan Asia Pasifik ini salah satunya adalah dapat dijadikan sumber peningkatan perekonomian. Artinya dengan adanya inovasi-inovasi program pendidikan nonformal apalagi inovasi yang diimplementasikan mengandung muatan dimensi ekonomi, seperti pada program keterampilan dan kecakapan hidup berbasis pemberdayaan masyarakat. Mengapa program ini bisa dikatakan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Karena menurut saya, program-program inovasi pendidikan nonformal sudah seharusnya memiliki muatan ekonomi masyarakat. Karena pendidikan nonformal pada setiap programnya diarahkan pada tujuan kesejahteraan rakyat.
            Dalam buku ini saya ambil contoh inovasi program pendidikan nonformal di negara India yang mempunyai empat program inovatif. Yaitu memberikan pendidikan dasar untuk output anak-sekolah, dengan fokus khusus pada perempuan. Semua inovasi dipilih dari upaya LSM yang bekerja di bidang pendidikan non-formal.Salah satu contoh adalah ditetapkan untuk perempuan pedesaan dalam rangka meningkatkan keterampilan mereka dan pengaruh  pola mata pencaharian mereka.  Pusat Pendidikan dan Pengembangan Pedesaan Wanita (CEDRW) adalah upaya untuk memberdayakan perempuan dengan meningkatkan status pendidikan dan ekonomi. Jadi, intinya sarat dengan muatan dimensi ekonomi masyarakat.
            Contoh lainnya yaitu PKBM. Memiliki bidang kegiatan usaha ekonomi produktif mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kapasitas/pemberdayaan ekonomi anggota komunitas. Didalamnya mencakup semua program antara lain unit usaha PKBM, Kelompok Belajar Usaha masyarakat, pengembangan usaha warga masyarakat, kerjasama dan jaringan usaha masyarakat, upaya-upaya peningkatan produktivitas masyarakat, penciptaan lapangan kerja baru dan sebagainya. Didalamnya juga meliputi seluruh aspek usaha mulai dari pembangunan usaha baru, perluasan pemasaran, pengembangan permodalan, peningkatan mutu, peningkatan kemampuan manajemen usaha, peningkatan kemampuan inovasi dan perancangan produk dan sebagainya.
            Kemudian dari segi sosial. Jika saya kaji dan analisis buku ini, isi atau materi yang dipaparkan mengenai inovasi program pendidikan nonformal jika ditilik lebih jauh lagi, mengandung unsur-unsur sosial kemasyarakatan. Memang tidak dapat di pungkiri bahwa sisi sosial tidak di pisahkan dari komponen masyarakat itu sendiri. Selama komponen masyarakat menjadi subject matter dalam kehidupan maka sisi sosial terus melekat pada masyarakat. Kaitannya dengan buku ini, inovasi-inovasi program pendidikan nonformal yang di laksanakan di berbagai negara-negara di kawasan Asia Pasifik secara umum memperlihatkan bahwa inovasi pendidikan nonformal di negaranya mengandung dimensi sosial kemasyarakatan. Saya contohkan salah satu negara yang di bahas di dalam buku ini yaitu negara China, yang memiliki tiga proyek yang  menghubungkan pendidikan dengan pengentasan kemiskinan. Tujuan dasar dari proyek ini adalah untuk membuat ilmu pengetahuan dan pendidikan mudah diakses oleh petani, terutama yang miskin dan untuk membantu mereka menggunakan sebagai
alat untuk pengentasan kemiskinan dan memperbaiki kualitas hidup. Proyek ini telah diperluas untuk mencakup lebih banyak dari 1.250 desa di 22 provinsi. Lebih dari satu juta petani dari 250 ribu rumah tangga merasakan secara langsung manfaatnya. Dengan demikian program inovasi dalam pendidikan nonformal di negara China ini dapat dikatakan memiliki dimensi sosial kemasyarakatan karena program inovasinya berbasis kemasyarakatan.
Berikutnya yaitu analisis dari perspektif budaya. Berbicara tentang budaya tidak terlepas dari komponen masyarakat karena budaya itu merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia atau masyarakat. Internalisasi budaya akan tercermin melalui  serangakaian proses kulturalisasi lingkungan. Dalam hal ini lingkungan pendidikan nonformal yang didalamnya memiliki inovasi dalam setiap kehidupan lingkungannya maka dapat mempengaruhi pola pikir masyarakatnya. Pola pikir ini kemudian menjadi suatu konsep pemikiran atau tingkah laku yang tertuang dalam kebiasaan-kebiasaan rutinitas keseharian. Hal inilah yang kemudian tercipta budaya di dalam lingkungan.
Selanjutnya dari dimensi politik.  Misalnya dalam pendidikan berbasis masyarakat (community-based education) yang merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup. Kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh arus besar modernisasi yang menghendaki terciptanya demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Mau tak mau pendidikan harus dikelola secara desentralisasi dengan memberikan tempat seluas-luasnya bagi partisipasi masyarakat. Sebagai implikasinya, pendidikan menjadi usaha kolaboratif yang melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnva. Partisipasi pada konteks ini berupa kerja sama antara warga dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga dan mengembangkan aktivitas pendidikaan. Sebagai sebuah kerja sama, maka masyarakat diasumsi mempunyai aspirasi yang harus diakomodasi dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program pendidikan.


NOTE:
Dilarang copy paste tulisan ini tanpa mencatumkan sumber link blog ini dan nama pemiliknya!!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar