Sabtu, 25 Februari 2012

MENGGAPAI MIMPI DALAM KEGAGALAN



Oleh: Irma Yulianti

            Pengalaman saya selama mengenyam pendidikan sekolah formal tidak terlalu menyenangkan dalam hal keberuntungan walaupun saya selalu mendapatkan juara kelas di sekolah.  Ketidakberuntungan itu saya rasakan ketika menjelang akhir persekolahan. Memilih sekolah lanjutan yang akan menjadikan kelanjutan studi saya berikutnya. Awal mula cerita ketidakberuntungan saya yaitu pertama kali dimulai pada saat saya mengakhiri persekolahan sekolah dasar. Pada waktu itu menjelang kelulusan kelas enam, wali-wali murid tiap kelas membimbing para murid mencari informasi tentang sekolah-sekolah yang akan mereka pilih untuk kelanjutan studi mereka di sekolah menengah pertama. Saat itu, saya sudah merencanakan dan memilih sekolah unggulan di Jakarta. Sekolah tersebut boleh dibilang sekolah favorit yang ada di wilayah Jakarta Utara.
            Kemudian setelah berunding dengan orang tua tentang pilihan saya itu dan mereka mendukung sepenuhnya pilihan tersebut. Waktu sudah semakin dekat untuk pelaksanaan test kelanjutan studi. Saya pun mempersiapkan diri dengan belajar semaksimal mungkin yang saya mampu. Beberapa waktu kemudian akhirnya saat yang ditunggu-tunggu  pun  telah  tiba.  Pada waktu itu saya memilih sekolah favorit pilihan pertama. Namun sayang apa yang saya harapkan tidak terjadi. Setelah pengumuman hasil test saya tidak mendapatkan sekolah favorit malah mendapat sekolah yang saya tempatkan pada posisi kedua. Mungkin ini sudah nasib saya seperti itu. Maka saya pun mengambil kesempatan itu dan meneuskan di sekolah yang saya dapatkan berdasarkan pilihan kedua.
            Di sekolah menengah pertama pun saya tidak jauh berbeda pada waktu SD. Saya masih pemalu dan Alhamdulillah saya selalu mendapatkan juara tiga besar di kelas. Walaupun saat itu dikelas banyak dari teman-teman saya yang pintar dan banyak saingannya. itu berkat ketekunan dan keuletan saya dalam belajar. Namun, lagi-lagi saya tidak beruntung sama seperti yang saya alami waktu saya SD. Setelah lulus Smp saya berencana meneruskan ke sekolah menengah atas. Tentu saja saya masih mengharapkan untuk bisa masuk sekolah unggulan dan favorit yang ada di wilayah Jakarta Utara. Maka dari itu saya belajar lebih giat apalagi di tahun saya sekolah pada waktu itu nilai standar kelulusan UN naik. Siap tidak siap saya harus bisa lulus dari UN agar bisa meneruskan sekolah yang saya inginkan.
            Menjelang UN pun saya menyempatkan diri selalu beribadah dan berdoa supaya diberi kemudahan dalam menjawab soal-soal UN. Alhamdulillah doa  saya dikabulkan oleh Allah. Saya lulus UN dan mendapatkan nilai UN  yang cukup baik. Baru kemudian setelah itu saya pun mulai menyibukkan diri mencari informasi mengenai sekolah-sekolah yang akan menjadi tujuan kelanjutan studi saya. Setelah cukup mencari informasi kemudian saya mengikuti seleksi masuk SMA. Saya memasukkan urutan pertama yaitu pada sekolah favorit dan ungggulan. Ketika itu saya berada dalam kondisi antara yakin dan tidak yakin apakah saya bisa masuk atau tidak ke sekolah itu. Akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba. Perasaan was-was dan mendebarkan jantung bersiap menerima pengumuman itu. Tak sabar melihat pengumuman itu saya langsung mendatangi sekolah terdekat yaitu tempat dimana saya mendaftarkan untuk masuk SMA. Di mading terpampang nama saya di urutan sekian mendapatkan sekolah urutan kedua yang di pilih. Astaghfirullah, saya gagal lagi untuk masuk kedua kalinya. Menurut informasi yang saya dapat bahwa sekolah yang saya pilih di urutan pertama mensyaratkan standar nilai UN untuk masuk sangat tinggi. Tentu nilai saya masih kurang sedikit untuk masuk ke sekolah tersebut belum lagi tergeser-geser oleh nilai yang lain karena banyak pesaingnya. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil peluang itu. Saya menerimanya dengan ikhlas.
            Ketidakberuntungan itu tidak berakhir sampai disini saja. Kegagalan itu berulang lagi ketika saya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Saat itu saya mengikuti ujian masuk bersama (UMB) lima perguruan tinggi negeri. Saya memilih PTN bergengsi di Indonesia pada urutan pertama. Dengan perjuangan dan pengorbanan tenaga, pikiran, dan finansial saya akhirnya mengikuti tes UMB tersebut. Dan hasil pengumuman tes UMB tersebut namun lagi-lagi saya harus sedikit bersabar karena saya tidak lolos seleksi UMB.  Hati dan perasaan saya saat itu sangat sedih dan kecewa. Saya tidak mau terlarut dalam kesedihan terlalu lama. Saya terus berjuang karena masih ada kesempatan kedua untuk saya untuk bisa masuk PTN  salah satunya mengikuti SNMPTN ( seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri) di tahun yang sama saat mengikuti UMB. ketika mengikuti test tersebut saya sedikit yakin bisa masuk PTN  pilihan pertama karena pada saat mengerjakan soal-soal ada banyak soal yang bisa saya jawab.  Setelah tiba waktu pengumuman, saya langsung memberi koran untuk melihat hasil pengumumannya. Dan Alhamdulillah saya diterima walaupun bukan pilihan pertama. Saya lulus SNMPTN dengan mendapatkan PTN pada pilihan kedua. Saya agak sedikit kecewa. Saya berada dalam kondisi kebimbangan apakah saya mengambil kesempatan itu atau tidak. Setelah berpikir-pikir akhirnya saya mengambil kesempatan itu walaupun pada pilihan kedua. Saya lagi-lagi harus ikhlas terhadap apa yang menimpa diri saya. saya yakin ini mungkin sudah jalan saya seperti ini. Saya berpikir positif  terhadap diri  sendiri mungkin belum episode saya untuk dapat meraih mimpi saya. Dan kemungkinan pula apa yang belum pernah saya dapatkan dulu akan kemungkinan saya dapatkan pada waktu dan tempat berbeda di masa yang akan datang.  Kegagalan itu suatu proses untuk menuju keberhasilan!.
            Saat ini dan hingga sekarang saya masih duduk dibangku kuliah. Sedih dan senang selalu hadir menemani hari-hari kehidupan saya. Saya bisa seperti sekarang karena ada peran keluargalah yang membantu saya. Peran keluarga bagi saya sangat besar, tanpa kebaikan mereka mungkin saya tidak berada di bangku kuliah. Mungkin saat ini saya, belum bisa memberikan apa-apa dan belum memberikan yang terbaik buat mereka. Tapi saya yakin suatu saat nanti, saya akan memberikan kado terindah buat mereka. keyakinan saya itu semakin kuat saat dimana ketika saya merenungkan dan bertanya diri sendiri, apa yang mau dibanggakan dari diri saya, belum bisa memiliki potensi yang bisa dibanggakan, diri ini begitu lemah tak berdaya. Di saat seperti itulah perasaan ‘bangkit’ muncul mengiringi jiwa yang terpuruk. Sejuta harapan dan cita menggelorakan semangat totalitas perjuangan menuju pengembangan diri.

            Setiap manusia pasti ingin mempunyai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera di masa mendatang. Begitu pun dengan saya, kehidupan yang saya inginkan adalah kehidupan yang memang benar-benar dapat memberikan makna dan manfaat bagi diri, keluarga dan orang lain. Menjalani hari-hari dengan menggali dan  mengembangkan potensi diri karena saya menyadari masih banyak kekurangan dalam diri yang perlu dibenahi. Menjadi manusia pembelajar yakni menjadi manusia yang terus belajar sepajang hayat, mengukir sejuta prestasi, meretas asa meraih cita dengan semangat pengorbanan dan perjuangan tanpa kenal lelah. Serta mereformasi diri secara revolusioner untuk menuju suatu perubahan besar. Meminjam kutipan Dave Meier ”pembelajaran adalah perubahan. Bila tak ada waktu untuk berubah berarti tak ada pembelajaran sejati”, yang berarti bahwa setiap kali kita belajar menyelami hakikat diri dan kehidupan kita maka disanalah aliran perubahan akan mengalir dalam diri kita.

Untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan kita harapkan, perlu usaha keras dan sebuah tindakan riil untuk mewujudkan semua itu. Dengan berbagai pengetahuan yang saya dapat dari buku-buku yang saya baca tentang motivasi dan pengembangan diri, saya mendapatkan sebuah pencerahan bagaimana memotivasi diri dan melejitkan diri menuju perubahan besar. Terbesit dalam pikiran saya bahwa dalam mewujudkan cita-cita dan harapan tidak cukup hanya dengan sebuah keyakinan dan semangat yang menggebu-gebu namun harus diiring dengan tindakan besar untuk dapat mewujudkannya.

            Dihari-hari dimana ketika kondisi saya sedang tidak bersahabat diliputi oleh kesedihan akibat peristiwa-peristiwa yang membuat ku malu akan kondisi diri ku sendiri. Meratapi kesedihan diri yang begitu lemah tak berdaya. Disaat seperti itulah saya selalu menyempatkan diri untuk intropeksi diri dan merenung pada malam hari. Bermonolog dengan segudang pemikiran dan imajinasi memenuhi ruang pikiranku. Mencoba untuk menyemangati dan memotivasi diri. Tak hanya itu saya pun juga menyempatkan diri untuk mencoba membuat sebuah puisi sekedar untuk mengeluarkan ekspresi kesedihan ku lewat secarik kertas. Ya, puisi menurut saya salah satu sarana untuk berekspresi melepaskan rasa jenuh dalam diri kita. Selain itu puisi juga merupakan sarana untuk berkarya memperkaya rasa seni dan keindahan bahasa.

Itulah gambaran pengalaman saya ketika menghadapi sebuah asa yang tak pernah sampai dalam menggapai mimpi dan cita. Namun, saya menganggap itu tidak lebih dari sebuah pengalaman. Seperti kata pepatah ”pengalaman adalah guru terbaik”. Secara umum makna dari “Pengalaman adalah guru terbaik” yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang menimpa perjalanan hidup kita pada masa yang telah lewat baik  peristiwa menyenangkan maupun tidak menyenangkan, kemudian atas kejadian atau peristiwa tersebut kita jadikan sebagai suatu pelajaran, peringatan dan motivasi  yang berharga dalam menyikapi dan menentukan langkah  perjalanan hidup berikutnya.
Pengalaman diri sendiri baik itu menyenangkan atau tidak kita dapat belajar memaknai hidup dengan mempelajari dan mengambil hikmah dari kejadian atau peristiwa yang menimpa diri kita sendiri. Bila yang menimpa itu sesuatu yang menyenangkan, maka hal itu tidaklah masalah karena telah sesuai dengan apa yang kita harapkan sebelumnya. Akan tetapi bila yang menimpa diri kita adalah sesuatu yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan, maka hal itu akan selalu tertanam dalam benak kita sepanjang kita belum bisa melepaskannya.
Dengan demikian jadikanlah pengalaman pribadi sebagai guru terbaik yang dapat memberikan pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik serta berkaca pada pengalaman setiap saat ketika melakukan sesuatu untuk masa depan. Tetap bersabar dan berkontemplasi jika kita mengalami keburukan yang menimpa diri kita. Prinsip dan komitmen kita  akan menentukan kondisi harapan kita pada masa yang akan datang dengan berkaca pada pengalaman pribadi dan berusaha belajar memetik hikmah dari pengalaman orang lain.
Walaupun saya kerapkali mendapatkan kegagalan dalam masalah studi saya dulu, namun saya yakin bahwa kegagalan itu hanya sebuah proses menuju kesuksesan. Tidak ada kesuksesan berjalan mulus tanpa ada kegagalan yang dilandasi dengan sebuah perjuangan dan pengorbanan untuk sampai pada titik gapaian mimpi kita. Saya yakin bahwa ada hikmah terpendam di dalam setiap kegagalan setiap manusia. Tinggal bagaimana kita memanagemen diri secara sungguh-sungguh.
Maka dari itu jangan pernah berhenti untuk bermimpi sekalipun mimpi itu bagi kita mustahil dapat kita wujudkan. Jangan berkecil hati. Teruslah bermimpi. Ketahuilah tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini dapat kita wujudkan. Jadi teruslah bermimpi dan raih masa depanmu dengan kesungguhan hati karena mungkin mimpi dan cita yang kau gapai hanya tinggal sekejap di depan matamu.
Terkadang terpaan badai goncangan yang melemahkan jiwa seringkali menimpa setiap manusia. Dengan terpaan badai itu manusia seringkali mengalami down atau penurunan motivasi hidup. Adakalanya mengalami disorientasi atau tidak tahu tujuan dan arah hidupnya. Tentu setiap manusia pasti pernah mengalami saat-saat seperti itu. Kekecewaan dan keputusasaan telah mengendurkan semangat hidup. Bahkan tak jarang membuat impian yang diimpikan-impikan terhenti di tengah jalan akibat tidak tahu apa yang harus diperbuat. Jika sudah berhenti bermimpi apa boleh buat, yang ada hanyalah tinggal  hidup tanpa mimpi dan cita. Menjadikan hidup tidak memiliki makna apapun.
Hidup itu suatu proses, seseorang bisa meraih impiannya bukanlah secara instan. Butuh proses yang terus menerus tanpa kenal lelah untuk menyelami berbagai rintangan dan hambatan yang menerpa. Ingat hidup itu perjuangan!. So, let’s we have a sweet dreams!.

Note : Cerita ini adalah cerita asli yang bersumber dari pengalaman  penulis sendiri.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar