Rabu, 03 Oktober 2012

PERMASALAHAN DALAM MENULIS

By : Irma Yulianti


Bingung mau nulis apa yaa? Habis dari tadi hanya berkutat diam melihat-lihat file-file tulisan yang sudah-sudah jadi. Ya beginilah jadinya kebingungan menerjang dan menghajar bertubi-tubi. Hasilnya inilah akhirnya nulis catatan kecil ini. Otak ga ada inspirasi yang mau ditulis. Kehabisan kata-kata. Sulit untuk mengeluarkannya saat mau nulis. Ya beginilah masalah yang sering dihadapi oleh seorang penulis. Padahal ide sudah dapat tapi di awal bingung nyari-nyari kalimat awalannya. Mulai darimana ya? . hmm, kayaknya aku pikir itu tandanya kurang membaca dan latihannya tersendat-sendat. So, sepertti inilah jadinya. 1001 kebingungan. Heheheh. Eit ada satu lagi ketinggalan yang bikin bingung saat nulis yaitu kurangnya untuk menggali dan mengeksplor suatu peristiwa, masalah ataupun masalah-masalah yang sering kita alami dikehidupan sehari-hari. Ringkasnya, harus banyak berdiskusi tentang atau seputar apa saja.  Tentu hal ini akan mengasah insting daya nalar kita dan tentu saja akan menambah perbendaharaan kata. Buat yang kurang budaya diskusi, mari kita sama-sama belajar dan latihan ini. Walaupun diskusinya masih rendah-rendah belum tingkat tinggi. (Hehe sama dgn penulis sendiri). Minimal sedikit bisa menyalurkan dan mengeluarkan potensi otak kita. Jangan sampai potensi terbesar otak kita mendekam bisu tanpa kita keluarkan lewat sebuah kata lisan baru setelah itu diikat dengan tulisan.

Coba, guys, perhatikan dan lihat para pakar komunikasi. Mereka bisa sampai pandai berkomunikasi seperti itu karena mereka sudah terbiasa seperti itu dan sudah menjadi makanan mereka sehari-hari. Mereka budaya diskusinya sudah tinggi, maka jadilah mereka seperti ini. pakar komunikasi!.  Hmm...Keren ga?

Guys, dapat kita simpulkan bahwa bahasa dapat meningkatnya daya kekritisan seseorang. Aku contohkan misalnya, ada seorang yang mengikuti sebuah seminar. dia mendengarkan dengan penuh perhatian dan penuh konsentrasi.  Sebut saja misalnya si X. Boleh dibilang dia adalah tipe orang yang pasif. Dia memang pintar dan cerdas. Diakhir acara, seperti acara seminar lainnya tentu ada yang namanya sesi tanya jawab. Ketika mc mengambil alih acara untuk memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tentunya saja Si X ini bukanlah tipe orang yang suka bertanya. Dia urungkan niat untuk tidak bertanya. Namun, salah satu temannya menyarankan untuk bertanya. ” bro ayo kita nanya yuk” loe aja sana deh, gw bingung mau nanya apa ga ada pertanyaan yang muncul di otak gw.  ”ah loe payah”. Lalu kemudian teman si X ini berusaha untuk menjebak temannya untuk bertanya. lalu dia mengacungkan tangannya sendiri. Tapi bukan dirinya sendiri yang mau bertanya namun untuk si X. Bukan kepalang terkejutnya si X akibat ulah  temannya. Kemudian si X memberanikan diri untuk bertanya dengan retorika. Memang sebelumnya dia tidak ada pertanyaan mau ditanyakan. Namun karena retorika dan keberanian, tiba-tiba muncul saja suatu pertanyaan  ketika hendak beretorika.. Serta dapat berpikir dengan jernih dibandingkan ketika hanya duduk diam mendekam kebisuan di otak. Tentu otak tidak akan terpanggil untuk melakukan potensi keberdayaan kita jika kita tidak segera melakukannya.
Inilah satu bukti bahwa bahasa itu dapat meningkatkan daya nalar kita apalagi diteruskan dengan kegiatan tulis menulis. Akan semakin menambah tajam daya kekritisan kita.

Nah, sampai sini pastinya sudah paham dan lebih mengerti tentunya bagaimana mengahadapi kebingungan saat nulis.
Guys, mari mulai dari sekarang budayakan menulis dalam kehidupan kita sehari-hari. Ayo menulis!. Let’s build up we writing confidence!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar