Bingung
mau nulis apa yaa? Habis dari tadi hanya berkutat diam melihat-lihat file-file
tulisan yang sudah-sudah jadi. Ya beginilah jadinya kebingungan menerjang dan
menghajar bertubi-tubi. Hasilnya inilah akhirnya nulis catatan kecil ini. Otak ga ada inspirasi yang mau ditulis. Kehabisan
kata-kata. Sulit untuk mengeluarkannya saat mau nulis. Ya beginilah masalah
yang sering dihadapi oleh seorang penulis. Padahal ide sudah dapat tapi di awal
bingung nyari-nyari kalimat awalannya. Mulai darimana ya? . hmm, kayaknya aku
pikir itu tandanya kurang membaca dan latihannya tersendat-sendat. So, sepertti
inilah jadinya. 1001 kebingungan. Heheheh. Eit ada satu lagi ketinggalan yang
bikin bingung saat nulis yaitu kurangnya untuk menggali dan mengeksplor suatu
peristiwa, masalah ataupun masalah-masalah yang sering kita alami dikehidupan
sehari-hari. Ringkasnya, harus banyak berdiskusi tentang atau seputar apa
saja.  Tentu hal ini akan mengasah
insting daya nalar kita dan tentu saja akan menambah perbendaharaan kata. Buat
yang kurang budaya diskusi, mari kita sama-sama belajar dan latihan ini. Walaupun
diskusinya masih rendah-rendah belum tingkat tinggi. (Hehe sama dgn penulis
sendiri). Minimal sedikit bisa menyalurkan dan mengeluarkan potensi otak kita.
Jangan sampai potensi terbesar otak kita mendekam bisu tanpa kita keluarkan
lewat sebuah kata lisan baru setelah itu diikat dengan tulisan. 
Coba,
guys, perhatikan dan lihat para pakar komunikasi. Mereka bisa sampai pandai
berkomunikasi seperti itu karena mereka sudah terbiasa seperti itu dan sudah
menjadi makanan mereka sehari-hari. Mereka budaya diskusinya sudah tinggi, maka
jadilah mereka seperti ini. pakar komunikasi!. 
Hmm...Keren ga? 
Guys,
dapat kita simpulkan bahwa bahasa dapat meningkatnya daya kekritisan seseorang.
Aku contohkan misalnya, ada seorang yang mengikuti sebuah seminar. dia
mendengarkan dengan penuh perhatian dan penuh konsentrasi.  Sebut saja misalnya
si X. Boleh dibilang dia adalah tipe orang yang pasif. Dia memang pintar dan
cerdas. Diakhir acara, seperti acara seminar lainnya tentu ada yang namanya
sesi tanya jawab. Ketika mc mengambil alih acara untuk memberi kesempatan
kepada peserta untuk bertanya. Tentunya saja Si X ini bukanlah tipe orang yang
suka bertanya. Dia urungkan niat untuk tidak bertanya. Namun, salah satu
temannya menyarankan untuk bertanya. ” bro ayo kita nanya yuk” loe aja sana
deh, gw bingung mau nanya apa ga ada pertanyaan yang muncul di otak gw.  ”ah loe payah”. Lalu kemudian teman si X ini
berusaha untuk menjebak temannya untuk bertanya. lalu dia mengacungkan
tangannya sendiri. Tapi bukan dirinya sendiri yang mau bertanya namun untuk si
X. Bukan kepalang terkejutnya si X akibat ulah  temannya. Kemudian si X memberanikan diri
untuk bertanya dengan retorika. Memang sebelumnya dia tidak ada pertanyaan mau
ditanyakan. Namun karena retorika dan keberanian, tiba-tiba muncul saja suatu
pertanyaan  ketika hendak beretorika..
Serta dapat berpikir dengan jernih dibandingkan ketika hanya duduk diam
mendekam kebisuan di otak. Tentu otak tidak akan terpanggil untuk melakukan
potensi keberdayaan kita jika kita tidak segera melakukannya. 
Inilah
satu bukti bahwa bahasa itu dapat meningkatkan daya nalar kita apalagi
diteruskan dengan kegiatan tulis menulis. Akan semakin menambah tajam daya
kekritisan kita. 
Nah,
sampai sini pastinya sudah paham dan lebih mengerti tentunya bagaimana
mengahadapi kebingungan saat nulis. 
Guys, mari
mulai dari sekarang budayakan menulis dalam kehidupan kita sehari-hari. Ayo
menulis!. Let’s build up we writing confidence!
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar