Oleh : Irma Yulianti
Pemilihan presiden dan wakil presiden baru akan diselengarakan pada tahun
2014 mendatang, namun gaungnya sudah sangat terasa ditelinga. Para politisi dan parpol pun gencar
mencanangkan tentang siapa yang akan diusung pada pilpres 2014 nanti. Bahkan
kasak-kusuk parpol mencari figur, menggalang dukungan, hingga koalisi dilakoni.
Lebih dari itu menjelang Pilpres biasanya seperti Pilares sebelumnya  kerapkali jalanan di Ibukota akan penuh  dihias dengan sejumlah famlet-famlet disana
sini yang terpampang foto calon presiden dan wakil presiden yang disertai
”obral” visi misi dan janji-janji para kandidat. Spanduk pun tak mau kalah
ramainya mewarnai gairah gelaran pesta pemilu Presiden.
Seperti kita tahu bahwa biasanya menjelang pemilu presiden dalam
penyelenggaraannya para kandidat berlomba-lomba bersaing memperebutkan kursi
jabatan sebagai presiden dan wapres. Dalam politik negara, praktik money
politic kerap kali mewarnai persaingan memperebutkan kursi kekuasaan. Bahkan
tak jarang suap menyuap pun dilakoninya demi kepuasan individualis. Itulah
dunia potret dunia perpolitikan kita. Ditengah kekayaan bumi Indonesia banyak
dinodai oleh pemimpin-pemimpin yang tidak berpihak pada rakyat kecil seperti
aksi korupsi. Padahal disisi lain lihatlah betapa banyak rakyat miskin yang
bahkan sangat membutuhkan uluran tangan hanya demi sesuap nasi. Sungguh ironis.
Kasus korupsi yang semakin meraja di negeri
tercinta ini ibarat seperti akar pohon yang terus tumbuh dan sulit untuk
dimusnahkan pohonnya jika tidak diberangus habis sampai ke akar-akarnya. Memberantas korupsi di Indonesia sangat
sulit, karena disamping mengguritanya perbuatan ini. Hampir semua kasus korupsi
selalu menguap tanpa alasan yang jelas  dan tanpa memperhatikan rasa keadilan
masyarakat. Meski demikian, bukan berarti korupsi itu boleh dibiarkan atau
bahkan dianggap perbuatan wajar. Jika itu terjadi, kehancuran bangsa dan negara
ini tinggal menunggu waktu saja.
Bukan rahasia umum lagi bahwa korupsi merupakan
kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes) dan kejahatan terhadap
kemanusiaan (crimes againt humanity). Rakyat semakin terkungkung oleh
kemiskinan karena uang yang seharusnya mengalir kepada mereka namun dimakan
oleh para koruptor.
Tak hanya masalah korupsi, masalah-masalah lain
pun menjerat bangsa ini seperti masalah transparansi birokrasi yang tertutup,
masalah kemacetan, kemiskinan, pendidikan yang belum merata, pengangguran,
masih banyaknya slum area di Ibukota,
dan lain-lain. Begitu banyak masalah di negeri ini yang sampai sekarang pun
masih melilit. Dari mulai pemerintahan orba, reformasi, dan pemerintahan
sekarang pun menurut penulis belum menunjukkan tingkat keberhasilan yang
signifikan. Indonesia masih terkunkung oleh permasalahan yang cukup kompleks.
Belajar dan berkaca pada sejarah kepemimpinan di
Indonesia mulai dari Orba hingga sekarang ini adalah salah satu cara
mengkritisi bagaimana tingkat keberhasilan selama berkuasa. Dari disini kita
bisa melihat bagaimana seorang pemimpin memimpin bangsanya dengan segala sikap
dan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya.
Untuk itulah sejatinya pemimpin adalah orang
memiliki peran sentral dalam membangun kemajuan suatu bangsa. Maka dari itu
momen pemilu capres 2014 mendatang, pilihlah calon presiden yang memiliki jiwa
revolusioner untuk mengubah bangsa ini menjadi lebih maju dan bermartabat.
Berpikir kritis sebelum memilih, untuk memilih cerdas.
Penulis sendiri pun dalam menyongsong pesta pemilu
capres 2014 mendatang ingin mecoba menyumbangkan buah pemikiran tentang
kriteria-kriteria calon presiden RI masa depan. Semoga ini menjadi panduan
dalam memilih calon presiden RI pada Pilpres 2014 mendatang. Berikut
kriteria-kriteria calon presiden 2014: 
1.      Jujur, seorang pemimpin sudah seharusnya
memiliki nilai-nilai kejujuran yang mengkristal dalam diri karena bagaimana pun
kejujuran adalah harga mahal untuk seorang pemimpin. Kejujuran adalah modal
untuk mendapat kepercayaan dari rakyat untuk memimpin negeri ini. 
2.   Amanah,
seorang pemimpin artinya dapat di percaya. Pemimpin haruslah dapat dipercaya
jangan sampai seorang pemimpin memiliki sifat berkhianat pada rakyatnya.
3.     Berkharisma
dan berwibawa.
4.   Cerdas.
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan yang baik untuk mengambil
kebijakan-kebijakan dan keputusan sesuai dengan kebutuhan terbaik untuk rakyat.
5.     
Strong
Leadership. Artinya bahwa seorang pemimpin memiliki karakter kepemimpinan yang
kuat, tegas, dan berwibawa dalam memegang teguh nilai dan prinsip
keorganisasian. Kepemimpinan
ini dibangun diatas fondasi nilai-nilai moral, budaya, dan agama yang kokoh. 
6.      Transparansi. Seorang pemimpin harus dapat
membuka gerbang transparansi birokrasi. Dapat membongkar birokrasi yang korup.
Serta memiliki nilai-nilai transparansi kinerja yang baik.
7.  Merakyat.
Siapa pun yang nantinya menjadi pemimpin di negeri ini pada gelaran pesta
pemilu Pilpres 2014 mendatang, pastilah rakyat yang memilih. Untuk itu seorang
pemimpin jika seandainya terpilih siapa pun itu. Bersahabatlah dengan rakyat.
Seorang pemimpin juga sejatinya adalah pelayan masyarakat yang melayani
masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan.
8.      Mempunyai Jiwa Revolusioner. Artinya bahwa
seorang pemimpin yang berjiwa revolusioner dalam setiap tindakan dan
kebijakannya selalu bersifat revolusioner. Melihat secara tajam, komprehensif,
dan proaktif dalam mengatasi setiap permasalahan bangsa. 
9.   Mementingkan
Pembangunan Pendidikan Diatas Segalanya. Menurut Badan PBB, peringkat Indonesia
dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di
dunia. Education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah
Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga
tercermin dari daya saing di tingkat internasional. Daya saing Indonesia
menurut Wordl Economic Forum, 2007-2008, berada di level 54 dari 131 negara.
Jauh di bawah peringkat daya saing sesama negara ASEAN seperti Malaysia yang
berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7. Salah satu penyebab
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya
profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar’.Ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Indonesia masih tertinggal dengan
negara-negara tetangga. Sedangkan
untuk anggaran pendidikan Indonesia sekarang ini hanya berkisar 20 persen. Maka
dari itu untuk memajukan pendidikan, kita butuh pemimpin-pemimpin yang
menomorsatukan pendidikan dalam segala kebijakannya. 
10. 
Membangun
Pilar Ekonomi Kerakyatan dan 
Meningkatkan Kewirausahaan Domestik Berbasis Kreatifitas Lokal. Sebagai negara dengan pertumbuhan penduduk
yang berkembang pesat ditambah dengan derasnya laju persaingan yang semakin
ketat, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi ladang subur bagi
negara-negara lain untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Disisi lain
Indonesia akan dikepung oleh persaingan-persaingan dari luar. Akibatnya
perekonomian dalam negeri menjadi kalah saing bahkan menjadi lemah. Seperti
kewirausahaan domestik yang masih rendah tingkat progresnya jika dibanding
dengan negera-negara tetangga. Padahal kewirausahaan domestik mempunyai potensi
yang tak kalah bagus dengan kewirausahaan dari luar. Maka dari itu untuk
menjaring dan meningkatkan kewirausahaan domestik perlu sentuhan kreatifitas
lokal agar dapat bersaing dengan produsen luar. Kreatifitas lokal memainkan
peranan penting dalam meningkatkan mutu kualitas produk domestik. Kewirausahaan
domestik berbasis kreatifitas lokal merupakan strategi yang harus ditempuh
dalam pengembangan kewirausahaan domestik. Sentuhan kreatifitas lokal dalam kewirausahaan
domestik mencakup inovasi pengembangan produk lokal, inovasi untuk
mengoptimalkan pelayanan kepada pelanggan, dan revitalisasi pasar tradisional
yang kini semakin terpinggirkan keberadaannya. Karena pasar tradisional
bertumpu pada ekonomi kerakyatan yang merupakan bagian dari kewirausahaan
domestik. Kewirausahaan domestik berbasis kreatifitas lokal bisa dijadikan
momentum kebangkitan perekonomian Indonesia yang bertumpu pada ekonomi
kerakyatan. Dengan kreatifitas lokal diharapkan dapat membangun karakter
keindonesiaan dalam kewirausahan domestik.
11.  Pemberdayaan Masyarakat Miskin.
12.  Membasmi masalah sampah.
Demikian dua belas kriteria calon presiden 2014
yang penulis usung. Tidak cukup hanya dengan bermodalkan kedua belas kriteria
tersebut namun kita juga butuh pemimpin yang profesional dalam bekerja,
berdedikasi tinggi demi kepentingan umum serta menampung aspirasi-aspirasi
masyarakat. Membongkar birokrasi  yang
tertutup dan menuntut tegaknya keadilan serta transparansi. Untuk itu, kita
sebagai masyarakat Indonesia dalam menyambut gelaran pemilu presiden 2014
mendatang harus memiliki ketajaman melihat visi dan misi serta prospek capres
dan cawapres. Jadilah pemilih cerdas dan kritis sebelum memilih!. Tujuannya
agar kita tidak tertipu oleh janji-janji manis dan obralan visi-misi sang
capres dan cawapres. Karena bagaimana pun juga yang memilih dan menentukan
pemimpin negeri ini adalah rakyat maka dari itu bisa dikatakan pula masa depan
bangsa ini ada di tangan pilihan rakyat. Pemilu presiden saatnya membangun
kekritisan untuk memilih calon presiden Indonesia masa depan. BUKA MATA, BUKA HATI, DAN BUKA PIKIRAN!
UNTUK PEMILIH CERDAS!
Pada akhirnya, siapapun pemerintahan yang terpilih
semoga mampu membumikan  lebih inten
semangat ” ruh” nasionalisme membangsa dikalangan masyarakat Indonesia. Semoga
tulisan ini bermanfaat. Selamat berjuang insan pembawa perubahan!
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psb psma.org/content/blog/sertifikasi-guru
NOTE: 
Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam lomba menulis tingkat nasional 2012  tentang "12 Kriteria  calon presiden 2014"
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar